Berpisah dan penyesalan

Adzan subuh sudah berkumandang dan ayam jago di samping rumah sudah berteriak, telah jadi jam tubuh 4.20 waktunya melek bersiap apel pagi pada yang Maha Esa. Berharap hari ini jadi berkah dan Yang Maha Kuasa berkenan berbelas kasih.

Sedikit review yang tertempel di pintu ku baca cepat, merencanakan jadwal yang mesti di jalani dari ujung pagi hingga waktunya menutup mata. Paling tidak ada dua agenda utama, berpisah ke Madrasah 1 jam delapan dan Madrasah 2 jam sebelas. Huft hari ini waktunya mengatakan maaf dan sampai jumpa, hal yang aku sukai sekaligus ku benci.

Sudah dua puluh hari aku menumpang hidup di sini, negeri samping rumah yang serasa di ujung bumi. Desa penuh masjid yang membuat aku merasa pergi ke pasar jadi istimewa. Bukan pelosok sebenarnya, paling tidak di sini jalanan sudah bagus dan halus, hanya saja yaa, untuk dua puluh hari ini aku menjadi bisa mengatakan melihat jalan raya serasa turun ke kota saking jarangnya keluar desa.

Di sini dingin, kadang temperatur harian menyentuh 15 drajad celcius, untuk orang yang native daerah lumayan hangat (desaku seringnya 30 drajad celcius) jelas temperatur turun 15 drajad itu luar biasa. Sepanjang hari langit tertutup awan kabut, hanya cerah beberapa jam di siang hari. Menyentuh air di sini jam dua belas siang nyaris seperti di rumah jam sembilan malam.

"Siap berangkat?, ini cukupkan motornya" teman sepengabdianku bertanya sambil memutar kontak motor
"Yuhuu, siap jalan. Ya nanti kamu balik lah jemput anak anak" jawabku. Maklum hanya tersedia delapan motor, itupun sudah melebihi kapasitas yang di izinkan yaitu tujuh, padahal di sini ada 28 orang, jadi untuk mobilisasi sehari hari diperlukan antar jemput.

Berkendara lima menit menaiki bukit maka sampailah kami di sekolah, anak anak masih senam sehingga kami perlu menunggu. Mengisi waktu aku berjalan sendirian ke belakang sekolah, tau apa yang aku temukan? Kebun apel. Sungguh merah ranumnya apel ana itu menggoda.

Saatnya masuk kelas dan beraktifitas, semua berjalan lancar anak anak berlarian dengan gembira, seperti kemarin kali ini kelompok bimbinganku menang lagi sehingga bisa di bilang proses belajar yang kami ujikan berhasil. Aku bisa berpamitan dengan hati senang.

"Maafkan mbak ya kalau ada salah, mbak sudah selesai, mungkin ini hari terakhir kami di sini" ujarku pada wisma, adik kecil yang wajahnya mirip dengan adikku.
"Kenapa pulang?, mbak ngajar aja lho di sini jadi guru, jangan pulang"
Hahahh, inilah akhirnya setelah berpamitan kami berpelukan sebentar. Untuk terakhir kalinya.

Sore kami melanjutkan pada tanggung jawab selanjutnya, belajar di sekolah dekat kontrakan. Anak anak itu barangkali adalah yang paling dekat dengan kami di antara sekolah lainnya.

Awalnya semua berjalan baik, mereka penuh semangat, hingga missi dimulai.

Soal pecahan yang di ujikan semuanya salah, rasanya aku ingin menangis. Bukan karena mereka mengerjakan salah itu sendiri aku sedih, tapi karena itu berarti mungkin kami gagal menransfer pengetahuan sesuai tujuan awal kami untuk mengabdi.

Ini perpisahan yang berat.

Ini adalah ringkasan cerita yang aku tulis di @otheraminah

"Ini adalah hari terakhir kami masuk kelas fun learning, kali ini rasanya berat untuk mendengarkan penutupan, bukan seperti dua penutupan sebelumnya yang aku sambut bahagia, materi terakhir kami berlangsung baik. Kali ini tidak, kami meninggalkan mereka dari tidak bisa menghitung 1x3 tetap tidak bisa menghitung 1x3, dan mereka yang kami tinggalkan kelas lima yang mana harusnya materi mereka sudah jauh sekali, namun yang bisa dikata sederhanapun mereka belum mampu. Aku sedih, adanya kami sebulan ini tidak memberi perubahan apapun, lalu apa yang sebenarnya telah aku lakukan? Memberi labeling mereka nakal?. KKN ini sesungguhnya adalah sebuah pengabdian pada masyarakat, lalu pada diriku pribadi aku bertanya tanya, sudahkah aku mengabdi?. Ini menyakitkan untuk saya mengetahui bahwa waktu sebulan yang aku gunakan bersama mereka nyatanya hanya jadi tuntutan SKS. Aku menilai diri sendiri, bahwa aku gagal kali ini."

Comments

Popular posts from this blog

pengalaman mengurus surat keterangan bebas narkoba (SKBN).

Review : Serenade Biru Dinda

Mencari Jurnal di Universitas Brawijaya