Dress Up!

Hem, aku mau menuliskan apa yang sedang aku coba jalani saat ini.

Salah satunya mengenai cara berpakaian.

Seorang teman, namanya amry membantu saya membuka sedikit kotak di kepalaku. Awalnya di suatu sore, menuju malam. Sudah menuju deadline skripsi harus selesai, aku yang punya kebiasaan melepaskan sampah di otak dengan membersihkan lingkungan , mulai menata ruang lab. Dan temanku ini melihat dengan cara sedikit heran dan menertawakan. Aku bertanya padanya, ada apa dia melihatku seperti itu, dan jawabnya
"Tumben kamu bersih bersih"

Itu menjadi titik balik buatku. Sebelumnya ada banyak kejadian lain. Seperti dosenku yang ngomel ngomel padaku. Ceritanya malam itu aku, titah dan amry sedang lembur dan mereka pulang jam tiga pagi, sebelum pulang amry minum air dan di letakkan di "mejaku" yang berisi set komputer di atasnya, paginya pak dosen hendak mem-print dokumen. Barangkali dalam keadaan sedikit pusing, si bapak kesal melihat ada botol air di dekat printer. Dan mulailaih beliau ngomel
"Ini kalo air tumpah ngenai printer gimana?, itu telinga di pake apa ndak, bla bla bla"
"Iki bocah kok ndablek di pek dewe bla bla bla"
Si bapak ngomel panjang, hahaha, tapi dasar aku memang kuping tebal, ngga tak dengerin lebih jauh. Tapi ya, aku kesal sih, mejaku hampir selalu aku usahakan di tinggalkan dalam keadaan wajar, namun karena meja bersama yang rusuh, aku yang di tegur, termasuk soal air itu. Untung telingaku tebal hahahah. One things, aku jadi berpikir, sekotor itukah aku, padahal menurutku aku dalam batas wajar. Tidak hanya di lab, di kos pun aku jarang meninggalkan kamar ambur adul, kecuali memang terpaksa, atau sedang sangat lelah. So its kind a to say, aku bukan anak yang kotor macem itu kok, tapi kok gini?

Hari hari berlalu, dan temanku si amry sangat sering berkata, " bocah kok kempros", dari hal itulah aku mulai melihat lebih luas, benarkah aku begitu?

Hingga hari minggu aku berpakaian "umum" dalam parameter mereka. Dan kamu tau apa? Mas Aul, salah satu kakak tingkat bilang, " tumben rapi, biasanya kamu lusuh"

What?, ternyata selama ini aku kurang menghargai diri sendiri dengan memberikan pakaian yang "lusuh"  untuk tubuhku, aku membiarkan orang membentuk persepsi demikian mengenaiku. Kalo dalam peribahasa jawa, ajining raga saka busana, well artinya selama ini aku tidak menghargai ragaku sendiri.

Saat itu amry dan mas aul mengguyoni bahwa aku berubah karena seorang teman yang lain. But actually not.

Yang menjadi titik balik aku berubah sebenarnya amry dari kata katanya yang berulang, namun alasan yang sebenarnya adalah. Oke, aku ingin menghargai diriku sendiri. Cz I love my self, and I am wrong to let people think I am as bad as that.

Comments

Popular posts from this blog

pengalaman mengurus surat keterangan bebas narkoba (SKBN).

Review : Serenade Biru Dinda

Mencari Jurnal di Universitas Brawijaya