Finally .

Oh, ternyata memang sudah dari awalnya kita berbeda. Atau justru terlalu sama?.

Aku bukan seorang yang akan dengan senang hati mengiyakan kata katamu, tidak jika memang itu tidak sesuai dengan pendapatku. Tapi tenang saja, ada hari (seperti saat ini) dimana aku akan mengiyakan seluruh kata katamu, karena aku sudah tidak peduli lagi tentang apa yang kamu katakan. Aku memilih berhenti peduli padamu, omongammu sudah semakin mirip dengan angin sore yang sekedar lewat di telingaku.

Kamu tau, baru saja aku membuka rekaman rekaman lama, ada salah satunya percakapan kita. Kukira itu pembicaraan kita saat kita di pojok simpang jalan depan Student Activity Center (SAC), salah satu poinnya, ya memang kita berbeda. Jika aku tanah, kamu langitnya, kita bisa berdampingan, tapi memang tak akan pernah bisa bersatu, selalu ada batas di antaranya.

Dalam beberapa hal kita terlalu sama, kurasa kamu juga mengakui itu, seperti yang kamu bilang saat kita ada di gedung matematika.
Kamu bertanya
"Mbak mu kapan jadi nikah?"
"16 September, kamu?" Tanyaku balik
"Lho kok sama"
Seperti yang kita tau, sodara kita sama sama lamaran di hari raya, kamu anak ke empat dari lima bersaudara, akupun juga. Kamu punya tiga kakak perempuan dan satu adik laki laki, aku pun juga. Yang membedakan kita hanyalah kamu lahir sebagai laki laki dan aku perempuan.

Kembali pada rekaman itu, kamu ingat, itu kira kira tanggal 12 Desember 2016. Saat itu aku baru mulai mengenalmu, dan tentu saja aku belum tau siapa kamu. Kalau tidak salah, perdebatan itu muncul karena kamu bilang aku egois tidak mau membantu salah satu anggota kelompok kita (saat itu kita bertiga, kamu, dia, dan aku), kamu bilang aku tidak peduli karena tidak mau naik ke lantai tiga. Padahal, saat itu aku sedang di lantai dua fisika, belajar bersama dia, yang kamu bilang aku tak mau mengajari. Shut up!. Aku sedang belajar bersama dia, kamu di biomol sibuk mengatai aku egois. Mana aku terima?

Hari hari ini aku sudab mulai pada titik dimana aku bosan, semua hal mengenai aku selalu salah dimatamu. Dari kaus kaki warna apa, hingga kerudung warna apa, dari aku yang kamu bilang kempros, sampai kamu bilang gaya karena pakai make up. Tak ada yang benar di matamu. Kukira kita bisa berteman baik, tapi ternyata tidak, kita terlalu sama, sama sama egois, semaunya sendiri, merasa paling benar, tidak mau mendengarkan orang lain, keras kepala. Kita berteman, dan punya banyak janji bersama, seperti mengingatkan waktu shalat, but looks, siapa yang mulai ingkar pada janjinya?.

Kamu adalag salah satu orang terhebat yang aku kenal. Aku tau, diam diam hatimu halus, kamu bisa mendengar orang berbicara dengan terlihat serius mendengarkan, soal ilmu komputer, pemograman, dan elektronika jangan di tanya lagi, kamu ahlinya, kamu hapal dalil dalil agama lumayan. Iya aku akui kamu baik.

Hanya saja, kembali lagi ke awal. Mungkin memang kita terlalu berbeda, aku kasar, tidak melihat mata orang ketika berbicara, bodoh di akademik, tidak mengerti agama. Dan iya aku belum baik

Makanya di matamu aku selalu aneh, labelmu padaku adalah anak aneh, egois, pemarah, pemaksa dan seterusnya. Hahaha, aku sampah kan di matamu?

#just_for_reminder_why_i_shouldnot_to_care_about_you

Comments

Popular posts from this blog

pengalaman mengurus surat keterangan bebas narkoba (SKBN).

Review : Serenade Biru Dinda

Mencari Jurnal di Universitas Brawijaya