Kampus Fiksi (1) Yang ada di angan, yang mimpi di kenyataan

Day 1 buat kampus fiksi nih, temanya tipe kekasih yang kamu dambakan, hahhahha temanya provokatif nih. Well, aku jadi bertanya tanya dan mulai berfikir sedikit serius, sebenarnya tipe kekasih yang aku dambakan itu yang gimana sih, apa yang beriman, baik, kaya, cakep, pinter, kreativ, suka sport, keluarga baik baik, perhatian dan bla bla bla, kalau ada yang begitu dalam satu paket mah, kayanya hampir mimpi ya, jadi mungkin aku akan nulis kriteriaku yang masih mungkin ada di kehidupan nyata.
Faktanya sebelum kita bermimpi kita perlu menakar diri kita sendiri kan, emang sih ada yang bilang bermimpilah setinggi tingginya, tapi aku lebih suka yang realistis buat aku dapatkan, biar jatohnya mimpi bukan halusinasi.

1. Agamanya Bagus
Hemm, sebagai seorang warga negara Indonesia, yang mana sila pertamanya adalah Ketuhanan yang Maha Esa wajar dong aku tempatkan agama di poin pertama, agama yang bagus buat aku bukan hanya berarti bagus secara ritual, namun agamanya merasuk ke tiap sendi perilakunya, kan adem tuh kalo ada yang bisa bikin kita tambah baik waktu deket sama dia. Dan yang sangat penting agamanya bener, yang lurus lurus saja dan penuh toleransi, bukan agama yang menjadikan orang keras kepala dan merasa paling benar sedunia.

2. Baik
Well, di poin dua aku tempatkan kriteria baik, berhubung baik itu sangat relatif makanya aku akan definisikan baik dalan parameterku, yaitu orangnya berperilaku sewajarnya, jangan yang baik banget juga sampai ngerjain tugasku, soalnya nanti melatih aku jadi ngga tanggung jawab.

3. Tidak Perfeksionis
Yang ini nih penting, aku ngga cocok sama orang yang sok sempurna atau menuntut segala sesuatunya sempurna, lebih enak punya partner yang bisa di ajak gila kan daripada yang melulu serius dan jaim. Menuntut semua hal harus sesuai hukum agama, hukum positif negara, hukum adat. Aelaahh iyaa baik sih tapi ngga harus sesempurna itu juga, kan males kalo kita buat sedikit kesalahan aja saking dia perfeksionis terus dibesar besarin.

4. Tidak terlalu perhatian
Hahaha, ganjil ngga sih yang nomer empat, dimana mana orang itu maunya di perhatiin kan, aku juga sih, maksudku di poin empat adalah perhatiannya jangan berlebihan, kan kita itu partner bukan baby sitter ataupun menejer. Yaa seneng sih kalo di tanya lagi ngapain, udah makan. Tapi ya sehari sekali aja, jangan sekarang nanya sejam lagi nanya, emang saya tahanan kota kena wajib lapor?. Ada lagi, males banget sama yang over protective, kemana mana wajib di antar, lagi pengen keluar sama teman di kawal juga. Aduhhh asli yang begini nih terbang aja ke hutan.

5. Aku bisa menerima dia
Sebagai penutup, inilah poin yang sangat luar biasa penting. Sifatnya dan fisiknya aku harus bisa menerima, Mau orangnya baik, perhatiannya wajar, agamanya oke,  tapi kalo aku nggak bisa menerima dia gimana?, dan yang ini ngga hanya aku aja yaa, keluargaku harus menerima dia juga. Well, kalo ortu ga izinin aku gak mungkin jalan sih.

Comments

Popular posts from this blog

pengalaman mengurus surat keterangan bebas narkoba (SKBN).

Review : Serenade Biru Dinda

Mencari Jurnal di Universitas Brawijaya