Masalah pertama

Sudah jam sepuluh malam lewat, tapi aku baru mau mulai buat nulis nih. Untuk hari ini aku memberi judul masalah pertama. Yups setelah dua hari disini masalh sudah muncul, namun sebelum aku cerita, kita review dulu kegiatan hari ini.
Seperti biasa kita bangun jam 4.30 lalu shalat subuh dan tidur lagi :-).-bangun jam setengah tujuh dan mandi pagi (kita antri pake daftar antrian, dan yang mandi pertama kira kira jam empat ya?).
Rencana hari ini mau bersih bersih di MI MU, berhubung tidak ada kunci maka kita baru bisa berangkat besuk, dan agenda pagi di ganti dengan radiv, bahasannya soal teknis kegiatan aja sih sama pembagian jadwal yang lebih fix.
Oh iya waktu radiv kakakku, Candra dan tetangga Fadz main ke sini, cuma sepuluh menit sih. Mereka dari malang otewe pulang ke blitar.
Lanjuuut, habis itu aku nganggur, dan untuk mengisi waktu luang aku nyicil modul nih, iyaa modul, buat petunjuk kegiatan fun learning. Setelah selesai gabut lagi mau ngapain wwkwkwk, melas banget deh pengabdian masyarakat model begini, kalo ini mah jadinya penggemukan badan :-) .
Sore jam empat kita move ke kos cowok, di sini kita udah mulai bertanya tanya, kenapa kesana ya?.
Sampai sana mulailah kami melakukan rabes sore.
Dann ini dia masalahnya, ada hal yang tetangga kurang berkenan mengenai konsumsi (soal mengapanya skip ya, aku ngga bisa cerita. So sorry) lalu kita berdiskusi gimana jalan keluarnya, dan di sepakati kita ambil jalan keluar pake plan A (lagi lagi maaf, aku ngga bisa cerita nih, soalnya tadi udah disepakati ini masalah berhenti sampai tadi, no more talk about it). Yang konsekwensi dari plan A itu adalah kita ada payment tambahan 36 ribu.
Pelajaran yang bisa di ambil adalah, dalam melakukan sesuatu memang kita harus mawas diri, terutama sebagai tamu hendaknya kita bisa beradaptasi dengan lingkungan, kan mau nggak mau kita lah yang harus membaur dengan masyarakat dan menyesuaikan diri, bukan masyarakat yang jadi seperti kita.
Selain itu ada satu, bener kata dosenku dulu, beliau pernah bilang apa yang ada di kampus jangan dibawa keluar kr masyarakat, karena kadang normanya berbeda dan bisa memunculkan konflik. Beneran deh, kita perlu kembali menyesuaikan diri dengan realita sosial selepas dari kuliahan.
Okke, magrib datang dan kita udah makan sore, menunya sayur, tahu bumbu bali dan sambel goreng tempe. Selesai solat anak anak warga sekitar sudah berdatangan untuk belajar.
Well kali ini aku juga dapat satu pelajaran hidup lagi, ada seorang anak, mari panggil dia nia okke?, nia masih umur 3.5 tahunan, dan masih playgroup. Anaknya manja (bukan endel lhooo), dan berhubung sudah rada malam sepertinya dia ngantuk dan mulai rewel. Okke jadi aku gendong pulang nih ceritanya, sampai rumah dia si empu rumah bertanya, pake bahasa jawa sih, kalo di translate ke bahasa indonesia kira kira artinya "mbak tau latar belakangnya nia? (Refers to sikap nia yang manja, dan bapak lanjutin cerita), orang tuanya itu pisah sehingga dia sekarang kami ambil (untuk di rawat, bapaknya itu ternyata si kakek), makanya nia kurang perhatian dan kalau ada kakak kakak KKN dia manja." Sampai sini aku cuma bisa manggut manggut.
Begitulah, ternyata perceraian itu sesuatu yang sangat riskan ya, pasti ada luka untuk yang menjalani (suami istri) tapi anak jauh lebih parah, karena dia di paksa berpisah dengan salah satu atau seluruh elemen afeksinya.
Semoga aku menemukan partner yang baik dan benar sehingga semua bisa di lewati dengan baik dan tidak perlu ada kejadian yang begini, how?

Ok udah setengah sebelas nih, aku mau obob dulu ya. Night :-)

Comments

Popular posts from this blog

pengalaman mengurus surat keterangan bebas narkoba (SKBN).

Review : Serenade Biru Dinda

Mencari Jurnal di Universitas Brawijaya