Begin

Terinspirasi dari kalimat seseorang, mengenai cerita yang elegan, maka aku memutuskan untuk menulis -walaupun bahasanya jelek, bertele tele dan jauh dari kata elegan-, masih dengan keanoniman yang sama, dan ke-absurd-an yang sama.
Hidup adalah sebuah pola belajar yang sempurna, guru yang sempurna, pandai besi yang sempurna, maka menjadi menyenangkan untuk belajar pada hidup, dan untukmu kawan, aku akan berbagi oleh oleh belajarku hari ini.
Rabu malam, aku dan enam orang temanku memilih rehat sejenak dari kehidupan laboratorium dengan nongkrong di kedai mie yang cukup tenar di malang, andalannya adalah rasa pedas yang memang sesuai dengan lidah orang indonesia, awalnya aku ragu untuk berangkat atau menghabiskan malam di kamar, di dasari rasa sungkan akhirnya aku memilih berangkat.
Masih karena keraguanku, aku mengulur waktu dengan tidak langsung ke tempat, namun memilih duduk sendiri di emper Indomaret, dengan sebotol teh dan HP tanpa pulsa, merenung sendirian.
Sudah lima belas menit berlalu  aku akhirnya memutuskan berdiri, mengendarai motor memutari jalan soekarno hatta lalu masuk ke tempat janjian, awalnya semua berjalan normal, teman teman mengobrol ngalor ngidul dan tertawa, sedang aku masih sibuk beradaptasi dengan dentuman musik rock dari audio speaker dan teriakan pramusaji, aku jenis orang yang tidak suka keramaian yang memekakkan seperti itu, hingga akhirnya makanan datang dan kami mulai sibuk dengan piring masing masing.
Makanan habis, lalu semua di mulai, awalnya hanya guyonan sederhana. Salah satu temanku, Pipo, cowok imut yang serius tapi kocak, menyeletuk guyon mengatai temanku cewek, kikyo, dengan satu kata, item, yang sebenarnya berkulit kuling langsat.
Aku belum menemukan alasan spesifik mengapa item atau gendut bisa menjadikan seorang cewek marah, yang kadang terjadi padaku juga, barangkali efek media yang memberi kontribusi besar bagaimana menjadi berbie hidup.
Dan tiba tiba saja kikyo mulai menangis, di depan umum.
Terbiasa jail dan di dasari pengalamanku selama mengenal kikyo, aku malah asyik merekam, hitung hitung bisa jadi materi untuk proyek film dokumenter kuliahku, well, aku ngga bisa memberi apa apa ke teman teman, aku hanya bisa mengkristalkan memori mereka lewat video. Pipo yang niatnya mengatai item hanya untuk candaan meneruskan olokannya, diperparah guntur, temanku yang lain, dan tangis kikyo makin menjadi, dua teman yang lain, sama sama cewek,  yang duduk mengapit kikyo lalu sibuk menenangkannya, hingga karena gupuh, menumpahkan jus avocado.
Lalu menggununglah tisu, untuk mengelap air mata dan tumpahan jus, hingga satu pack tisu hampir habis kemudian kami memutuskan pulang, kikyo masih dengan mata sembabnya.
Pipo yang berboncengan dengan kikyo akhirnya sampai juga di kost, aku sudah sampai lebih dulu dan menunggu depan kost. Karena sedikit banyak aku andil bagian dalan memperparah tangisan kikyo - karena bukannya menenangkan malah merekam aksi meweknya- aku meminta maaf, di ikuti Pipo yang juga meminta maaf, masih dengan tawanya, namun kikyo kembali menangis, hingga,
Pipo mulai berkata dengan nada tinggi
"Kyo, kalau memang kamu ngga bisa di ajak bercanda itu ngomong aja, jadi aku ngga bercanda ke kamu...."
Dan gedumel gerundel lainnya, kikyo yang berdiri di dekat motorku masih menangis dan terbata bata membantah, hingga, paket paket sumpit colongan dari kedai mie yang jadi bahan mainan rebut rebutan di lempar keras oleh pipo ke depan kikyo, pipo memutar motor dan pergi tanpa menghiraukan panggilanku.
Aku bertanya tanya, dan aku belajar memahami bahwa dalam siklus hidup, ada banyak hal tidak terduga bisa terjadi, apapun alasannya. Barangkali dalam kejadian malam itu masing masing orang sudah membawa mind pressure, sehingga sedikit trigger, dalam hal ini kata item, bisa membuat orang meledak, baik kikyo yang dasarnya mellow, maupun Pipo yang pemikir. Menjadi berhati hati dan berfikir sebelum bertindak serta bersikap dalam batasan tidak menyakiti orang mungkin bisa jadi preventif yang baik.

Comments

Popular posts from this blog

pengalaman mengurus surat keterangan bebas narkoba (SKBN).

Review : Serenade Biru Dinda

Mencari Jurnal di Universitas Brawijaya