Cukup

Mungkin memang beginilah kami terlahir. Dari kekosongan, dan ketidakmengertian.

Ternyata kami terlahir sama, menjadi orang orang yang tidak mau di remehkan, di kekang. Kami memilig berdebat untuk hal hal yang kami inginkan, dan menutup telinga untuk hal yang dirasa tidak cukup penting.

Memangnya apa yang cukup penting?

Dalam beberapa kondisi pada akhirnya aku memaklumi, mungkin kata ngglonjom, ndablek, ngeyel, sak karepe dewe sudah melekat didiri kami. Kami bukan orang sakit, hanya orang yang bertahan, dan berusaha bertahan. Dengan membuat benteng sekuat kuatnya.

Iya, benteng sekuat kuatnya, untuk melindungi hatinya yang sejujurnya lemah. Semakin rasa sakit itu datang, semakin tebal perisai yang di buat, karena ada hati yang semakin rapuj yang harus di jaga.

Kalau boleh jujur, kami bukan apa apa. Kami atau aku, hanyalah orang yang berusaha menguatkan diri. Sampai kapan?, sampai, barangkali, hati kami sudah mati rasa.

Hinaan, celaan, semuanya, telinga kami sudah bebal. Dan kami tidak peduli.

Comments

Popular posts from this blog

pengalaman mengurus surat keterangan bebas narkoba (SKBN).

Review : Serenade Biru Dinda

Mencari Jurnal di Universitas Brawijaya